Sabtu, 01 Maret 2014

TUGAS BLOG SEJARAH CANDI HINDU DI JAWA TENGAH

Cristian Matthew
Gregorius Davelyn
Markus 
Reynaldi Rifaldo
Wynne Tasha 
Sharen Citra  

Candi Peninggalan Hindu Di Jawa Tengah Candi Pendem 

 Awalnya, Candi Pendem digali oleh seorang Belanda bernama de Plink. Ia tidak sendirian, tetapi melibatkan raktat. Karakter bangsa penjajah adalah menguasai, beigut mendapatkan kotak tembaga yang dicari dari penggalian tersebut, langkah de Plink berhenti begitu saja. Itulah cerita yang selalu muncul dari penduduk setempat soal Candi Pendem ini. Cerita ini terus bergulir, turun temurun sampai sekarang. Candi ini berukuran 11,9 meter x 11,9 meter dan terletak 3-4 meter dari permukaan sawah. Itulah mengapa candi ini lebih akrab disebut Candi Pendem. Seperti Candi Asu, yang lokasinya tidak jauh dari candi ini, di Candi Pendem juga konstruksinya belum selesai. Motif hiasa di tangga baru tahap awal alias motif jaladwara, juga motif lain di candi. Walau begitu, di candi ini,seperti halnya di candi-candi lainnya di kompleks itu ada satu motif yang selalu muncul. Yaitu, motif sulur tanaman yang menjalar yang menaungi binatang di bawahnya, paling sering burung. Ini menyimbolkan hubungan erat yang tidak mungkin putus yang terjalin di antara seluruh kehidupan di dunia berdasar prinsip Illahi. Di sini, yang digambarkan adalah Burung Pelikan. Oh ya, untuk diketahui, ada dua candi di dekat Candi Pendem, yaitu Candi Asu dan Candi Lumbung. Karenanya, tiga candi itu disebut Candi-Candi Sengi, karena letaknya di desa Sengi,kecamatan Dukun, sebelum Candi Lumbung dipindah ke desa Krogowanan, kecamatan Sawangan. Kembali ke Candi Pendem, candi ini terdiri dari kaki setinggi 1,88 meter dan sebagian tubuhnya berdekorasi relief. Di antaranya, relief burung di tengah pola hias sulur, pot dengan pola sulur, dan elief gana. Di tengah-tengah candi terdapat lubang bekas sumur. Seperti dua candi lainnya, Candi Asu dan Lumbung, bahan pembuatan candi adalah batu Andesit dan didirikan pada masa kekuasaan rakai Hayuwangi. Dalam prasasti Salingsingan yang ditemukan dan prasasti Sri Manggala tahun 874, disebutkan kegiatan dharma atau kegiatan keagamaan banyak dilakukan di tiga candi itu. Tidak ada penyataan yang menyebut Candi Pendem, namun prasasti memperlihatkan candi ini telah ada pada akhir abad VIII-IX. Sayangnya, prasasti sudah dipindah dari kompeks candi dan dipindah di Museum Candi Prambanan.
SEJARAH : Dari dulu hingga sekarang, mayoritas penduduk Desa Sengi adalah petani. Kepercayaan pada leluhur yang dominan, membuat tradisi ‘nenepi masih kuat. Mereka biasa meminta gambaran atas pekerjaan yang dilakuka, yaitu bertani. Kepercayaan umum adalah jika melihat pohon rindang, maka padi akan tumbuh subur dan laku dijual. Sebaliknya, Jika pohon gundul dan tidak berdaun, mereka harus berhati-hati karena sudah ada ‘warning’. Langkah terbaik, adalah merubah strategi agar tida terjebak pada kerugian. Terkait nama prasasti yang ditemukan, bernama Salingsingan. Karena pergeseran penyebutan lafal dan nama, penduduk setempat menyebut dengan nama Tlingsing. Kebetulan, di dekat candi memang ada Sungai Tlingsing. KOORDINAT : 7º32’00”LS 110º21’00”BT / 7,533333ºLS 110,35ºBT LOKASI : - Candi Pendem berada sekitar 100 meter dari Candi Asu. Letak candi ini berada di belakang Dusun Candipos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun - Letaknya berada di tengah sawah. Untuk mencapainya, harus berjalan kaki, menyusuri pematang sawah yang berliku-liku. - Agar tidak bingung, mintalah bantuan masyarakat setempat atau juru kunci, karena tidak ada satupun papan petunjuk ke lokasi. Apalagi dari kejauhan, tidak kelihatan ada candi, karena letaknya yang lebih rendah dari sawah-sawah di sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar